Senin, 23 Mei 2011

Sistem Absensi TI Lokal Dilirik Asing


Jakarta - Pihak asing sekali lagi dibuat kepincut dengan produk karya anak bangsa yang bergerak di bidang teknologi informasi (TI) untuk sektor pendidikan.

Kali ini, produk yang dimaksud adalah SAT, sistem absensi sekolah terpadu buah karya dan pemikiran dari tim riset Halba, sekumpulan mahasiswa di Indonesia yang kerap terjun di bidang riset teknologi.

Oleh PT Selectv Antarnusa, perusahaan yang bergerak di bidang TI dan koperasi karyawan XL, ide tersebut kemudian dikembangkan dan diproduksi melalui sekolah binaannya SMK Pembangunan Jaya Yakapi.


"Sistem ini nantinya dapat diintegrasikan dengan sistem server sekolah dan server pusat yang dikelola oleh operator SAT di mana data absensi siswa dan database siswa dikompilasi," jelas Imam Rochadi, ketua koperasi karyawan XL yang juga mewakili PT Selectv Antarnusa, dalam keterangannya, Sabtu (22/5/2011).

"Kemudian, data-data absensi itu dikirim ke masing-masing orang tua siswa atau wali yang membutuhkan, baik secara broadcast maupun secara perorangan dalam format SMS. Inilah yang menjadi daya tarik utama pihak Malaysia untuk mengaplikasikannya di sekolah-sekolah di Negeri Jiran tersebut," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan SDM PT Selectv Antarnusa Yusuf Febryanto mengakui, SAT bukanlah sistem absensi pertama yang beredar di pasar.

Tetapi, menurutnya, meski secara fungsi serupa dengan produk-produk yang lebih dulu muncul, di mana mayoritas adalah produk asing, SAT memiliki nilai lebih dengan mengedepankan citra buatan anak bangsa.

Saat ini, SAT dikembangkan dalam dua varian, yaitu SAT-Ab dan SAT-Cash. SAT–Ab adalah mesin absensi yang mencatat dan merekam kehadiran dan kepulangan siswa lalu mengirimkannya ke ponsel orang tua atau wali.

Sementara SAT-Cash adalah SAT-Ab yang diberi keypad dan tambahan aplikasi untuk menjalankan fungsi tambahan sebagai mesin cash register pintar yang mampu memproses transaksi-transaksi keuangan siswa di sekolah.

Misalnya, pembayaran uang sekolah (SPP), transaksi jajan siswa di kantin sekolah, iuran OSIS dan BP3, dan sebagainya. Adanya kebutuhan layanan SMS di sini, Yusuf menuturkan, tentu harus melibatkan operator.

Sebab itu, pihaknya pun berharap agar produk lokal tersebut juga diadopsi oleh operator lokal selain perusahaan asal Malaysia.

"Keterlibatan operator seluler dalam operasional SAT sangat penting. Ini diharapkan menjadi simbiosis mutualisme antara operator SAT dan operator seluler," tutur Yusuf.

"Apalagi sistem ini diimplentasikan untuk dunia pendidikan. Potensinya bagi mereka sangat besar," lanjut dia.

Berdasarkan data Menko Kesra tahun 2008, jumlah SMP dan SMA, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia sebanyak 36,516. Jika rata-rata jumlah siswa per sekolah adalah 500 siswa, maka jumlah komunitas siswa SMP dan SMA adalah 18.258.000 siswa.

"Jumlah tersebut bisa lebih besar lagi jika penggunaan sistem SAT ini diperluas ke segmen komunitas pesantren, pegawai kantor, dan lain-lain," pungkas Yusuf.

Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar